29 November 2016

Arti Dan Nilai Dari Dalihan Natolu Dalam Budaya Adat Batak Toba

Dalihan Natolu Dalam Budaya Adat Batak Toba

dalihan natolu (tiga tungku)

Masyarakat Batak memiliki falsafah hidup yang selalu dilaksanakan dalam setiap aktivitas kemasyarakatan, seperti dalam aktivitas perkawinan, upacara kematian, upacara menempati rumah yang baru dan sebagainya,
Setiap suku bangsa memiliki falsafah atau pedoman hidup yang berbeda satu dengan yang lain. Begitu pula dengan masyarakat suku Batak, meskipun mereka berada jauh dari tempat mereka berasal mereka akan tetap menjunjung tinggi falsafah hidup mereka. Falsafah hidup masyarakat Batak yang paling tinggi adalah falsafah Dalihan Na Tolu yang disebut juga ”Tungku nan Tiga” yang selanjutnya akan disingkat dengan DNT adalah suatu ungkapan yang menyatakan kesatuan hubungan kekeluargaan pada suku Batak.
Di dalam DNT, terdapat tiga unsur hubungan kekeluargaan. Ketiga unsur hubungan kekeluargaan itu adalah Dongan Sabutuha (teman semarga), Hula-hula (keluarga dari pihak Istri), dan Boru (keluarga dari pihak menantu laki-laki kita) (Sihombing, T.M., 1986: 71).
Sedangkan menurut Marbun (1987: 37) Dalihan Na Tolu adalah dasar kehidupan bagi masyarakat Batak, terdiri dari tiga unsur atau kerangka yang merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan yakni Dongan Sabutuha, Hula-hula, dan Boru. Ketiganya bergerak serta saling berhubungan selaras, seimbang dan teguh oleh adanya marga dan prinsip marga.
Dalihan Na Tolu berfungsi menentukan tentang kedudukan, hak dan kewajiban seseorang atau kelompok orang atau mengatur dan mengendalikan tingkah laku seseorang atau kelompok dalam kehidupan adat bermasyarakat. Selain itu juga berfungsi sebagai dasar dalam bermusyawarah dan mufakat masyarakat Batak (Marbun dan Hutapea, 1987: 37).
Dalihan dapat diterjemahkan sebagai “tungku” yang mengandung arti yang sama, ‘3 POSISI PENTING’ dalam kekerabatan orang Batak yang terdiri dari :
  1. HULA HULA
yaitu kelompok orang orang yang posisinya “tertinggi”, yaitu keluarga marga pihak perempuan. Relasinya disebut SOMBA SOMBA MARHULA HULA yang berarti harus hormat kepada keluarga pihak istri. “Hula-Hula” adalah Orang tua dari wanita yang dinikahi oleh seorang pria, namun hula-hula ini dapat diartikan secara luas. Semua saudara dari pihak wanita yang dinikahi oleh seorang pria dapat disebut hula-hula. Marsomba tu hula-hula artinya seorang pria harus menghormati keluarga pihak istrinya. Dasar utama dari filosofi ini adalah bahwa dari fihak marga istri lah seseorang memperoleh “berkat” yang sangat didominasi oleh peran seorang istri dalam keluarga. Berkat hagabeon berupa garis keturunan, hamoraon karena kemampuan dan kemauan istri dalam mengelola keuangan bahkan tidak jarang lebih ulet dari suaminya, dan dalam hasangapon pun peran itu tidak kurang pentingnya. Somba marhulal-hula supaya dapat berkat.
  1. BORU
yaitu kelompok orang orang yang posisinya “di bawah”, yaitu saudara perempuan kita dan pihak marga suaminya, keluarga perempuan pihak ayah. Boru adalah anak perempuan dari suatu marga, misalnya boru Simanjuntak adalah anak perempuan dari marga Simanjuntak. Maka semua marga yang memperistri boru Simanjuntak adalah Borunya Marga Simanjuntak. Prinsip hubungannya adalah ELEK MARBORU artinya harus dapat merangkul boru/sabar dan tanggap. Dalam kesehariannya, Boru bertugas untuk mendukung/membantu bahkan merupakan tangan kanan dari Hula-hula dalam melakukan suatu kegiatan paradaton. Harus diingat bahwa filosofi ELEK MARBORU:  kedudukan “di bawah” tidak merupakan garis komando, tetapi harus dengan merangkul mengambil hati dari Boru – nya
  1. DONGAN TUBU 
yaitu kelompok orang-orang yang posisinya “sejajar”, yaitu: saudara semarga. Prinsip Hubungannya adalah MANAT MARDONGAN TUBU, artinya HATI-HATI menjaga persaudaraan agar terhindar dari perseteruan.
Dalihan Na Tolu ini menjadi pedoman hidup orang Batak dalam kehidupan bermasyarakat. Dalihan Natolu bukanlah kasta karena setiap orang Batak memiliki ketiga posisi tersebut:  ada saatnya menjadi Hula hula, ada saatnya menempati posisi Dongan Tubu  dan ada saatnya menjadi BORU. Dengan Dalihan Natolu, adat Batak tidak memandang posisi seseorang berdasarkan pangkat, harta atau status seseorang.

Itulah sedikit penjelasan tentang DALIHAN NA TOLU, contoh lain dari kayanya adat budaya orang batak. 

Lorem ipsum is simply dummy text of the printing and typesetting industry.


EmoticonEmoticon