15 December 2016

Sejarah Hidup DR. I.L.Nommensen Dalam Penyebaran Agama Kristen Di Tanah Batak

Sejarah Hidup DR. I.L.Nommensen Dalam Penyebaran Agama Kristen Di Tanah Batak




Ingwer Ludwig Nommensen bukanlah orang yang menikmati kebahagiaan dalam masa kecilnya. Dia adalah penggembala domba (upahan). Ayahnya, Peter Nommensen, meninggal dunia saat ia masih belia. Saat anak-anak Ludwig Ingwer Nommensen mengalami kecelakaan serius, setelah satu tahun seorang dokter menganjurkan amputasi kaki karena tidak ada obatnya. Namun Nommensen bergantung pada janji Yesus: ketika kamu meminta kepada Bapa dalam nama-Ku, ia akan memberikannya kepadamu. Ia pun sembuh dan bergabung dengan Barmener misi pada usia 20 tahun.

Nommensen dikirim sebagai misionaris ke Sumatra dan ditugaskan untuk mengirim peringatan dari pemerintah kolonial terhadap yang terjadi di pedalaman sumatera utara. Pendahulunya (misionaris) dibunuh dan diduga mereka dimakan oleh masyarakat setempat. Tapi Nommensen berpendapat lain, ia hidup layaknya orang-orang disana dan mendapatkan kepercayaan mereka. Ia banyak memberikan bantuan medis dan melakukan penyembuhan ajaib. Hingga pada tahun 1869 ia mendirikan gereja pertama di silindung.

Di tahun 1881 ia kembali ke ke Pearaja, Tarutung, Tapanuli Utara Setelah mengetahui jemaat di daerah wilayah Silindung di Selatan Danau Toba telah tumbuh  hampir 4.000 orang. Ia mampu mengkristenkan orang-orang Batak dan diberi gelar “Ompu I”.  Pada tahun 1882, ia memulai pelatihan pendeta disana. 

Setelah meninggalnya Nommensen, ada 500 gereja Kristen Protestan di tanah batak dan memiliki lebih dari 180.000 jemaat. Sampai sekarang HKBP adalah gereja Protestan terbesar di asia tenggara dengan sekitar 2,5 juta jemaat.

Berikut ini sejarah singkat Ingwer Ludwig Nommensen sesuai dengan buku “DR. I.L. Nommensen – Apostel di Tanah Batak” yang ditulis oleh Patar M. Pasaribu.

Tahun 1854. Ibu Ingwer Ludwig Nommensen merestui anaknya, satu-satunya lelaki di antara empat orang bersaudara, menjadi seorang misionar.

Tahun 1857. Masuk sekolah pendeta di RMG Barmen setelah menunggu sekian lama.

Tahun 1858, Januari Ibunya meninggal dunia di Nordstrand.

Tahun 1861, Oktober. Ditahbiskan sebagai pendeta dan langsung diberangkatkan oleh Missi Barmen menjadi misionar ke Tanah Batak. Tetapi selama beberapa waktu dia masih belajar Bahasa Batak dan Budaya Batak dari Dr. Van Der Tuuk di Belanda. Sumber lain mengatakan ia juga belajar untuk lebih mendalami tentang Batak di Batavia.

Tahun 1861, Desember. Berangkat dari Amsterdam menuju Sumatera dengan kapal Pertinar. Pelayaran itu memakan waktu selama 142 hari.

Tahun 1862, 14 Mei. Mendarat di Padang. Selanjutnya dia tinggal di Barus. (Kapal Pertinar kemudian tenggelam dalam lanjutan pelayaran kea rah timur di sekitar Laut Banda dekat Irian Barat).

Tahun 1862, November. Bersama beberapa orang Batak, mengadakan perjalanan ke pedalaman Sumatera melalui Barus dan Tukka. Dari Barus, Ingwer Ludwig Nommensen pergi ke Prausorat dan kemudian tinggal dengan Van Asselt di Sarulla.

Tahun 1863, November. Pertama kali mengunjungi Lembah Silindung.

Tahun 1864, Mei. Setelah berkordinasi dengan pihak penguasa (Belanda) memulai misinya ke Silindung.

Tahun 1864, Juli. Membangun rumahnya di Saitnihuta.

Tahun 1864, 30 Juli. Menjumpai Raja Panggalamei ke Pintubosi, Lobupining. Raja Panggalamei beserta rombongannya 80 orang membunuh Pendeta Hendry Lyman dan Samuel Munson (missionar yang diutus oleh Zending Gereja Baptis dari Amerika) di sisangkak, Lobupining pada tahun 1834, bertepatan dengan tahun lahirnya Ingwer Ludwig Nommensen di Eropa.

Tahun 1864 , 25 September. Konflik yang menyebabkan Ingwer Ludwig Nommensen akan dipersembahkan ke Sombaon Siatas Barita dionan Sitahuru. Ribuan orang datang. Ingwer Ludwig Nommensen akan dibunuh menjadi kurban persembahan. Ingwer Ludwig Nommensen tegar menghadapi tantangan, dia berdoa, angin puting beliung dan hujan deras membubarkan pesta besar tersebut. Ingwer Ludwig Nommensen selamat, sejak itu terbuka jalan akan Firman Tuhan di negeri yang sangat kejam dan buas. Ingwer Ludwig Nommensen pantas dijuluki “Apostel di Tanah Batak”

Tahun 1865, 27 Agustus. Pembaptisan pertama di Silindung terhadap empat pasang suami-istri beserta 5 orang anak-anaknya. Di antara keluarga yang dibaptis pertama adalah Si Jamalayu yang diberi nama Johannes dengan istrinya yang dibawa dari Sipirok sebagai pembantu Ingwer Ludwig Nommensen diberi nama Katharina.

Tahun 1866, 16 Maret. Ingwer Ludwig Nommensen diberkati menjadi suami-isteri dengan tunangannya Karoline di Sibolga. Karoline datang dari Jerman beserta rombongan Pdt. Johansen yang dikirim Kongsi Barmen untuk membantu Ingwer Ludwig Nommensen di Silindung.

Tahun 1871. Ingwer Ludwig Nommensen mengalami penyakit disentri dan dibawa oleh Johansen berobat ke Sidimpuan.

Tahun 1864. Karoline melahirkan anak pertama diberi nama Benoni, namun beberapa hari kemudian meninggal dunia.

Tahun 1872. Pargodungan Saitnihuta yang disebut Huta Dame pindah ke Pearaja. Setelah Gereja baru hampir selesai dibangun, putri pertama Ingwer Ludwig Nommensen yang bernama Anna meningal dunia. Keluarga Ingwer Ludwig Nommensen telah kehilangan dua anak pertama, sungguh suatu ujian berat bagi misionar dalam memulai misinya.

Tahun 1873. Sikola Mardalan-dalan (Sekolah dengan tempat tidak tetap) diciptakan Ingwer Ludwig Nommensen agar Orang Batak bisa secepatnya menjadi guru. Siswa mendatangi Ingwer Ludwig Nommensen di Pearaja, Johansen di Pansurnapitu dan Mohri di Sipoholon dimana para misionar tersebut bertugas. Atau, misionar mendatangi siswanya ditempat tertentu.

Tahun 1875. Misionar Ingwer Ludwig Nommensen, bersama Johansen dan Simoneit bekunjung ke Toba. Diceritakan pula bahwa pada tahun 1876Telah dibaptis lebih dari 7000 orang di Silindung.

Tahun 1876. Selesai menterjemahkan Perjanjian Baru ke dalam Bahasa Batak Toba.

Tahun 1877. Ingwer Ludwig Nommensen dan Johansen mendirikan Sekolah Guru Zending di Pansurnapitu. Tempat berdirinya sekolah tersebut adalah tempat yang dulunya dikenal sebagai Pasombaonan (tempat angker), yang sekarang tempat berdirinya STM Pansurnapitu dan Gereja HKBP Pansurnapitu.

Tahun 1877. Raja Sisingamangaraja ke-XII mengancam akan membumihanguskan kegiatan missioner, ancaman ini tidak menjadi kenyataan. Silindung masuk kolonisasi Belanda.

Tahun 1880. Ingwer Ludwig Nommensen beserta istri dan anak-anaknya pergi ke Eropah.

Tahun 1881. Menjelang Natal, Ingwer Ludwig Nommensen kembali ke Pearaja. Dia kembali sendirian, isterinya tinggal di Jerman karena masih perlu perawatan. Anak-anaknya juga tinggal di sana agar bisa sekolah dengan baik.

Tahun 1881. Kongsi Barmen menetapkan Ingwer Ludwig Nommensen menjadi Ephorus pertama HKBP, dia digelari ‘Ompu i’

Tahun 1887. Karoline isteri Ingwer Ludwig Nommensen, meninggal di Jerman, sebulan kemudian baru Ingwer Ludwig Nommensen mengetahuinya.

Tahun 1890. Ingwer Ludwig Nommensen memulai misinya ke Toba, dia pindah ke Sigumpar.

Tahun 1891 bulan Mei. Christian, anak ompu Ingwer Ludwig Nommensen, mati terbunuh di Pinang Sori oleh lima orang kuli China di areal perkebunan.

Tahun 1892. Bersama Pendeta Johansen yang juga sudah menduda pergi ke Jerman untuk berlibur, menjenguk anak-anaknya, dan mencari pasangan baru untuk masing-masing misionar yang telah menduda. Ingwer Ludwig Nommensen mendapatkan jodohnya anak Tuan Harder yang bernama Christine, Johansen mendapatkan jodohnya anak Tuan Heinrich yang bernama Dora. Mereka kembali ke Tanah Batak dengan masing-masing pasangan barunya.

Tahun 1900. Permulaan Zending Batak.

Tahun 1903. Permulaan misi Zending ke Medan

Tahun 1904. Fakultas Theologi Universitas Bonn, Jerman, menganugerahkan gelar Doktor Honouris-Causa di bidang Theologi kepada Ingwer Ludwig Nommensen. Dalam pengukuhan tersebut, Ratu Wilhelmina dari Belanda ikut diundang sebagai tamu.

Tahun 1905. Berkunjung ke Eropah bersama Reitze, dia mengunjungi Misi Zending di Belanda dan berkunjung kepada Ratu Wilhelmina.

Tahun 1909. Christine Harder, isteri Ingwer Ludwig Nomensen meninggal dunia, setelah melahirkan tiga orang anak. Dia dimakamkan di Sigumpar. Dua anak perempuannya tinggal di Jerman dan belum menikah sewaktu Ompu Ingwer Ludwig Nommensen meningal pada umur 84 Tahun.

Tahun 1911. Pesta jubileum 50 tahun HKBP. Pesta besar di onan Sitahuru dihadiri puluhan ribu orang, di tempat dimana 47 tahun sebelumnya Ingwer Ludwig Nommensen mau dibunuh dan dipersembahkan kepada Sombaon Siatas Barita.
Ratu Wilhelmina dari belanda menganugerahkan Bintang Jasa ‘Order Of Orange Nassau’ kepada DR. Ingwer Ludwig Nommensen, sebuah bintang jasa yang hanya diberikan kepada orang yang dianggap luar biasa jasanya di bidang kemanusiaan.

Tahun 1912. Berlibur ke Eropah, kembali ke Tanah Batak bersama tuan Pilgram yang telah lama bertugas di Balige. Tahun 1916Nathanael anak Ingwer Ludwig Nommensen, mati tertembak di arena Perang Dunia I di Perancis.

Tahun 1918, Tanggal 23 Mei. Pukul enam pagi Hari Kamis, Ingwer Ludwig Nommensen meninggal di Sorga.
Pada Jumat sore, 24 Mei 1918. Ingwer Ludwig Nommensen dikubur di Sigumpar.

buku “DR. I.L. Nommensen – Apostel di Tanah Batak” yang ditulis oleh Patar M. Pasaribu


Lorem ipsum is simply dummy text of the printing and typesetting industry.

1 comments

Nomensen adalah penginjil Jerman yang mendirikan HKBP


EmoticonEmoticon