Sejarah Hidup DR. I.L.Nommensen Dalam Penyebaran Agama Kristen Di Tanah Batak
Ingwer
Ludwig Nommensen bukanlah orang yang menikmati kebahagiaan dalam masa kecilnya.
Dia adalah penggembala domba (upahan). Ayahnya, Peter Nommensen, meninggal
dunia saat ia masih belia. Saat anak-anak Ludwig Ingwer Nommensen mengalami kecelakaan
serius, setelah satu tahun seorang dokter menganjurkan amputasi kaki karena tidak ada
obatnya. Namun Nommensen bergantung pada janji Yesus: ketika kamu meminta kepada
Bapa dalam nama-Ku, ia akan memberikannya kepadamu. Ia pun sembuh dan
bergabung dengan Barmener misi pada
usia 20 tahun.
Nommensen
dikirim sebagai misionaris ke Sumatra dan ditugaskan untuk mengirim peringatan dari pemerintah kolonial terhadap yang terjadi
di pedalaman sumatera utara. Pendahulunya (misionaris) dibunuh dan diduga mereka dimakan oleh masyarakat setempat.
Tapi Nommensen berpendapat lain, ia hidup layaknya orang-orang disana dan
mendapatkan kepercayaan mereka. Ia banyak memberikan bantuan medis dan melakukan
penyembuhan ajaib. Hingga pada tahun 1869 ia mendirikan gereja pertama di silindung.
Di
tahun 1881 ia kembali ke ke Pearaja, Tarutung, Tapanuli Utara Setelah mengetahui jemaat di daerah wilayah Silindung
di Selatan Danau Toba telah tumbuh hampir 4.000 orang. Ia mampu mengkristenkan orang-orang Batak dan diberi gelar “Ompu I”. Pada tahun 1882, ia memulai pelatihan pendeta disana.
Setelah
meninggalnya Nommensen, ada 500 gereja Kristen Protestan di
tanah batak dan memiliki lebih dari 180.000 jemaat. Sampai sekarang HKBP adalah gereja Protestan terbesar di asia
tenggara dengan sekitar 2,5 juta jemaat.
Berikut
ini sejarah singkat Ingwer Ludwig Nommensen sesuai dengan buku “DR. I.L. Nommensen
– Apostel di Tanah Batak” yang ditulis oleh Patar M. Pasaribu.
Tahun 1854. Ibu Ingwer
Ludwig Nommensen merestui anaknya, satu-satunya lelaki di antara empat orang
bersaudara, menjadi seorang misionar.
Tahun 1857. Masuk
sekolah pendeta di RMG Barmen setelah menunggu sekian lama.
Tahun 1858, Januari
Ibunya meninggal dunia di Nordstrand.
Tahun 1861, Oktober.
Ditahbiskan sebagai pendeta dan langsung diberangkatkan oleh Missi Barmen
menjadi misionar ke Tanah Batak. Tetapi selama beberapa waktu dia masih belajar
Bahasa Batak dan Budaya Batak dari Dr. Van Der Tuuk di Belanda. Sumber lain
mengatakan ia juga belajar untuk lebih mendalami tentang Batak di Batavia.
Tahun 1861, Desember.
Berangkat dari Amsterdam menuju Sumatera dengan kapal Pertinar. Pelayaran itu
memakan waktu selama 142 hari.
Tahun 1862, 14 Mei.
Mendarat di Padang. Selanjutnya dia tinggal di Barus. (Kapal Pertinar kemudian
tenggelam dalam lanjutan pelayaran kea rah timur di sekitar Laut Banda dekat
Irian Barat).
Tahun 1862, November.
Bersama beberapa orang Batak, mengadakan perjalanan ke pedalaman Sumatera
melalui Barus dan Tukka. Dari Barus, Ingwer Ludwig Nommensen pergi ke Prausorat
dan kemudian tinggal dengan Van Asselt di Sarulla.
Tahun 1863, November.
Pertama kali mengunjungi Lembah Silindung.
Tahun 1864, Mei.
Setelah berkordinasi dengan pihak penguasa (Belanda) memulai misinya ke
Silindung.
Tahun 1864, Juli. Membangun
rumahnya di Saitnihuta.
Tahun 1864, 30 Juli.
Menjumpai Raja Panggalamei ke Pintubosi, Lobupining. Raja Panggalamei beserta
rombongannya 80 orang membunuh Pendeta Hendry Lyman dan Samuel Munson
(missionar yang diutus oleh Zending Gereja Baptis dari Amerika) di sisangkak,
Lobupining pada tahun 1834, bertepatan dengan tahun lahirnya Ingwer Ludwig
Nommensen di Eropa.
Tahun 1864 , 25
September. Konflik yang menyebabkan Ingwer Ludwig Nommensen akan dipersembahkan
ke Sombaon Siatas Barita dionan Sitahuru. Ribuan orang datang. Ingwer Ludwig
Nommensen akan dibunuh menjadi kurban persembahan. Ingwer Ludwig Nommensen
tegar menghadapi tantangan, dia berdoa, angin puting beliung dan hujan deras
membubarkan pesta besar tersebut. Ingwer Ludwig Nommensen selamat, sejak itu
terbuka jalan akan Firman Tuhan di negeri yang sangat kejam dan buas. Ingwer
Ludwig Nommensen pantas dijuluki “Apostel di Tanah Batak”
Tahun 1865, 27
Agustus. Pembaptisan pertama di Silindung terhadap empat pasang suami-istri
beserta 5 orang anak-anaknya. Di antara keluarga yang dibaptis pertama adalah
Si Jamalayu yang diberi nama Johannes dengan istrinya yang dibawa dari Sipirok
sebagai pembantu Ingwer Ludwig Nommensen diberi nama Katharina.
Tahun 1866, 16 Maret.
Ingwer Ludwig Nommensen diberkati menjadi suami-isteri dengan tunangannya
Karoline di Sibolga. Karoline datang dari Jerman beserta rombongan Pdt.
Johansen yang dikirim Kongsi Barmen untuk membantu Ingwer Ludwig Nommensen di
Silindung.
Tahun 1871. Ingwer
Ludwig Nommensen mengalami penyakit disentri dan dibawa oleh Johansen berobat
ke Sidimpuan.
Tahun 1864. Karoline
melahirkan anak pertama diberi nama Benoni, namun beberapa hari kemudian
meninggal dunia.
Tahun 1872.
Pargodungan Saitnihuta yang disebut Huta Dame pindah ke Pearaja. Setelah Gereja
baru hampir selesai dibangun, putri pertama Ingwer Ludwig Nommensen yang
bernama Anna meningal dunia. Keluarga Ingwer Ludwig Nommensen telah kehilangan
dua anak pertama, sungguh suatu ujian berat bagi misionar dalam memulai
misinya.
Tahun 1873. Sikola
Mardalan-dalan (Sekolah dengan tempat tidak tetap) diciptakan Ingwer Ludwig
Nommensen agar Orang Batak bisa secepatnya menjadi guru. Siswa mendatangi
Ingwer Ludwig Nommensen di Pearaja, Johansen di Pansurnapitu dan Mohri di
Sipoholon dimana para misionar tersebut bertugas. Atau, misionar mendatangi
siswanya ditempat tertentu.
Tahun 1875. Misionar
Ingwer Ludwig Nommensen, bersama Johansen dan Simoneit bekunjung ke Toba.
Diceritakan pula bahwa pada tahun 1876Telah dibaptis lebih dari 7000 orang di
Silindung.
Tahun 1876. Selesai
menterjemahkan Perjanjian Baru ke dalam Bahasa Batak Toba.
Tahun 1877. Ingwer
Ludwig Nommensen dan Johansen mendirikan Sekolah Guru Zending di Pansurnapitu.
Tempat berdirinya sekolah tersebut adalah tempat yang dulunya dikenal sebagai
Pasombaonan (tempat angker), yang sekarang tempat berdirinya STM Pansurnapitu
dan Gereja HKBP Pansurnapitu.
Tahun 1877. Raja
Sisingamangaraja ke-XII mengancam akan membumihanguskan kegiatan missioner,
ancaman ini tidak menjadi kenyataan. Silindung masuk kolonisasi Belanda.
Tahun 1880. Ingwer
Ludwig Nommensen beserta istri dan anak-anaknya pergi ke Eropah.
Tahun 1881. Menjelang
Natal, Ingwer Ludwig Nommensen kembali ke Pearaja. Dia kembali sendirian,
isterinya tinggal di Jerman karena masih perlu perawatan. Anak-anaknya juga
tinggal di sana agar bisa sekolah dengan baik.
Tahun 1881. Kongsi
Barmen menetapkan Ingwer Ludwig Nommensen menjadi Ephorus pertama HKBP, dia
digelari ‘Ompu i’
Tahun 1887. Karoline
isteri Ingwer Ludwig Nommensen, meninggal di Jerman, sebulan kemudian baru
Ingwer Ludwig Nommensen mengetahuinya.
Tahun 1890. Ingwer
Ludwig Nommensen memulai misinya ke Toba, dia pindah ke Sigumpar.
Tahun 1891 bulan Mei.
Christian, anak ompu Ingwer Ludwig Nommensen, mati terbunuh di Pinang Sori oleh
lima orang kuli China di areal perkebunan.
Tahun 1892. Bersama
Pendeta Johansen yang juga sudah menduda pergi ke Jerman untuk berlibur,
menjenguk anak-anaknya, dan mencari pasangan baru untuk masing-masing misionar
yang telah menduda. Ingwer Ludwig Nommensen mendapatkan jodohnya anak Tuan
Harder yang bernama Christine, Johansen mendapatkan jodohnya anak Tuan Heinrich
yang bernama Dora. Mereka kembali ke Tanah Batak dengan masing-masing pasangan
barunya.
Tahun 1900. Permulaan
Zending Batak.
Tahun 1903. Permulaan
misi Zending ke Medan
Tahun 1904. Fakultas
Theologi Universitas Bonn, Jerman, menganugerahkan gelar Doktor Honouris-Causa
di bidang Theologi kepada Ingwer Ludwig Nommensen. Dalam pengukuhan tersebut,
Ratu Wilhelmina dari Belanda ikut diundang sebagai tamu.
Tahun 1905. Berkunjung
ke Eropah bersama Reitze, dia mengunjungi Misi Zending di Belanda dan berkunjung
kepada Ratu Wilhelmina.
Tahun 1909. Christine
Harder, isteri Ingwer Ludwig Nomensen meninggal dunia, setelah melahirkan tiga
orang anak. Dia dimakamkan di Sigumpar. Dua anak perempuannya tinggal di Jerman
dan belum menikah sewaktu Ompu Ingwer Ludwig Nommensen meningal pada umur 84
Tahun.
Tahun 1911. Pesta
jubileum 50 tahun HKBP. Pesta besar di onan Sitahuru dihadiri puluhan ribu
orang, di tempat dimana 47 tahun sebelumnya Ingwer Ludwig Nommensen mau dibunuh
dan dipersembahkan kepada Sombaon Siatas Barita.
Ratu
Wilhelmina dari belanda menganugerahkan Bintang Jasa ‘Order Of Orange Nassau’
kepada DR. Ingwer Ludwig Nommensen, sebuah bintang jasa yang hanya diberikan
kepada orang yang dianggap luar biasa jasanya di bidang kemanusiaan.
Tahun 1912. Berlibur ke
Eropah, kembali ke Tanah Batak bersama tuan Pilgram yang telah lama bertugas di
Balige. Tahun 1916Nathanael anak Ingwer Ludwig Nommensen, mati tertembak di arena
Perang Dunia I di Perancis.
Tahun 1918, Tanggal 23
Mei. Pukul enam pagi Hari Kamis, Ingwer Ludwig Nommensen meninggal di Sorga.
Pada
Jumat sore, 24 Mei 1918. Ingwer Ludwig Nommensen dikubur di Sigumpar.
buku “DR. I.L. Nommensen – Apostel di Tanah Batak” yang ditulis oleh Patar M. Pasaribu
1 comments
Nomensen adalah penginjil Jerman yang mendirikan HKBP
EmoticonEmoticon