16 April 2019

Ulos Batak; 10 Makna Dan Tujuan Mangulosi Dalam Kegiatan Adat Batak

Makna Dan Tujuan Mangulosi Dalam Kegiatan Adat Batak


mangulosi dalam kegiatan adat batak

Penjelasan-penjelasan tentang kedudukan ulos dalam kegiatan resmi masyarakat Batak dan adat Batak dan gambaran tentang ulos dalam arti dan maknanya berdasarkan konteks sosio-historis masyarakat Batak. Sama halnya dengan tujuan ulos pada kegiatan resmi masyarakat Batak dan adat Batak adalah bagi kepentingan masyarakat Batak.

Untuk itu deskripsi berdasarkan penjelasan tentang konsep ulos menyatakan sebagai berikut.

1) Ulos memberi kehangatan dalam hubungan dengan sesama dan kerabat. Menurut pandangan orang Batak ada tiga unsur esensial untuk dapat hidup kepada manusia yaitu, darah (mudar), nyawa (hosa), kehangatan (halason). Darah dan nyawa merupakan proses alamiah, sehingga sudah bersatu dalam tubuh manusia. Tetapi kehangatan diperoleh melalui usaha manusia dalam hubungan dengan sesama, atau benda seperti ulos.

2) Ulos memberi panas bersifat menyenangkan. “Filsafat Batak tentang ulos berbunyi: Sibahen na las na so dung olo mohop, Sialo na ngali, sitenggang ombun manorop.”56 Itu berarti bahwa, ulos memberi panas sehingga enak, namun demikian yang tidak pernah membakar dan mengalahkan embun dingin merendah.

3) Ulos memberi kehangatan bagi tubuh dan jiwa (jiwa raga) sehingga mempunyai daya hidup.
Secara harfiah ulos dalam arti kain untuk menghangatkan badan. Kehangatan tubuh dengan menerima ulos dapat pula membuat kehangatan jiwa sehingga jiwa menjadi keras yaitu mempunyai daya hidup (tidak melempem). Itulah makna ulos mula-mula.

4) Ulos dengan makna harapan yang menggerakkan untuk bersemangat dalam kehidupan. “Ulos memiliki fungsi simbolik harapan sesuai dengan maknanya.

manortor mangulosi 

5) Ulos pengikat kasih sayang menurut derajat usia. “Filsafat Batak menyatakan, “Ijuk pangihot ni holong, ulos pangihot ni holong. Arti dari ijuk pengikat pelepah pada batang seperti ulos pengikat kasih sayang.

6) Ulos dalam makna kepercayaan kepada sumber spiritual bagi pengabadian siklus kehidupan manusia.

7) Ulos dalam makna menyelimuti jiwa atau memberi berjiwa kepada orang yang utama dan menjadi semangat. “Selimut jiwa atau roh (ulos ni tondi) merupakan salah satu sarana penyelamat. Dalam hal itu jiwa atau roh perlu diulosi. “Selama ulos berada pada si penerima, maka selama itu pula roh dan jiwa selalu terselimuti dan terlindungi. Menurut kepercayaan orang Batak pada zaman dahulu, jiwa (tondi) pun perlu diulosi. Jiwa (tondi) adalah roh orang itu sendiri sekaligus kekuatan. Jiwa (tondi) merupakan kekuatan memberi hidup kepada si penerima ulos.

8) Ulos mempunyai arti ulos ni tondi sebagai sarana penyelamat melalui penyerahan atau pemberian dalam upacara adat Batak. “Ulos mempunyai arti ulos ni tondi apabila penyerahan/pemberiannya melalui upacara adat, maka ulos bermakna adati bagi si penerima.

9) Ulos dalam makna pertalian keluarga. Ulos dan mangulosi orang menurut tali kekeluargaan berada dibawah kita. Sebagai contoh anak adalah dibawah bapak, adik dibawah kakak, boru dibawah hula-hula. Mangulosi orang di atas kita adalah pantang. Boru tidak boleh mangulosi hula-hula. Orang tua termasuk hula-hula mencintai anak. Karena itu ulos berarti simbol kasih sayang, dengan demikian itu hanya orang tua yang patut mangulosi anak.

pemakaian ulos dalam rangkaian acara mangulosi

10) Ulos dalam makna berkat (pasu-pasu) hula-hula kepada boru, seperti berkat Tuhan kepada manusia.
Memberi ulos selalu disertai dengan kata-kata berkat (pasu-pasu). Jika menyerahkan ulos dengan mimik sungguh-sungguh dan si penerima dapat menghayati, maka mungkin saja badan dan jiwa memperoleh kehangatan. Karena itu tidak bertentangan dengan agama bila disebut ulos ni badan dan ulos ni tondi. Sebab makna tondi di sini adalah kejiwaan (psychis).

Penjelasan menyeluruh dan terintegrasi tentang kejadian orang Batak dan ulos dalam pengertian-pengertian yang bersifat lokal dalam kebudayaan Batak yang bersumber dari daerah Tapanuli - Sumatera Utara.

Melalui daya cipta atau kecerdasan akal orang Batak membuat ulos yang berguna baik sebagai baju sehari-hari maupun maksud lainnya. Bahkan sebagai kain adat (ulos adat) dalam peristiwa kelahiran, perkawinan dan kematian dengan adat Batak, yang memiliki berbagai konsep makna. Juga hubungan antara ulos yang bersifat material dengan dalihan na tolu dan kegiatan resmi masyarakat Batak serta adat Batak dalam konsep makna yang bersifat formal sebagaimana berlaku pada peristiwa-peristiwa itu menurut Adat Batak.


T. M. Sihombing, Filsafat Batak tentang Kebiasaan-kebiasaan Adat Istiadat (Jakarta: Balai Pustaka, 1986)

Lorem ipsum is simply dummy text of the printing and typesetting industry.


EmoticonEmoticon