16 April 2019

Fungsi Ulos Dan Peranannya Dalam Adat Masyarakat Batak

ulos batak tumtuman 


Fungsi Ulos Bagi Masyarakat Batak


Deskripsi munculnya ulos berdasarkan konteks sosio-historis masyarakat Batak yang melahirkannya, maka ulos adalah bagian dari kehidupan orang Batak sejak dahulu. “Ulos adalah selembar kain tenunan khas Batak dengan pola dan ukuran tertentu di mana kedua ujungnya berjuntai panjang.

Kain ini awalnya berfungsi untuk melindungi tubuh dan selalu dikerjakan oleh perempuan dengan menggunakan kapas. Ulos adalah pakaian sehari-hari bagi laki-laki dan perempuan-perempuan Batak.

Perempuan Batak menggunakannya untuk menutup tubuh dari bagian dada sampai batas kaki dan bagi laki-laki Batak menggunakan untuk bagian pinggang sampai batas kaki. Cara membuat ulos adalah ditenun.

Dalam hal-hal tersebut maka ulos telah menunjukkan tanda lahiriah yang mudah dilihat dalam kehidupan orang Batak di tanah Batak.

Setelah wilayah Batak memiliki hubungan terbuka dan juga sangat intensif dengan bangsa Barat dan Timur dari luar daerah Tapanuli, maka hal ini mempengaruhi sikap dan cara berpikir orang Batak. “Menurut dokumen tua, orang Batak telah melakukan hubungan dagang dengan dunia luar sejak berabad-abad lampau.

Salah satu perubahan yang terjadi adalah bahwa tidak lagi digunakan ulos sebagai pakaian sehari-hari, melainkan “pakaian terbaru seperti celana panjang, kemeja, jas, gaun dan rok. Orang Batak menerima berbagai bentuk pakaian itu yang belum pernah ada (dilihat).

Dalam hal itu ada dua kategori pakaian yaitu pakaian tradisional yang bersifat lokal dari kebudayaan Batak dan pakaian modern yang ditandai oleh pola yang bersifat resmi. “Pakaian tradisional merupakan dasar pengertian orang Batak tentang kebutuhan dalam dunia sosial sendiri, sehingga mereka memakai ulos pakaian utama sebagai identifikasi sendiri dalam masyarakat Batak.”

Pakaian modern menunjukkan sikap dan cara berpikir serta cara bertindak sesuai dengan tuntutan zaman, sehingga juga berpengaruh pada pakaian di satu tempat. Hal itu menunjukkan modernisasi sebagai tanda perubahan zaman.

Akan tetapi kegunaan ulos kegiatan adat tidak berubah seperti ulos sebagai ulos adat, ulos modom dan ulos parompa. Khususnya “ulos adat” untuk ritual sebagai pemberian, yang disebut ulos marpandohan artinya yang “mengandung arti.”
Ulos adat untuk kegiatan resmi masyarakat Batak dan adat Batak masih sangat diperlukan sebagai pemberian dari super-ordinat kepada sub-ordinat menurut sistem kekerabatan Batak. Oleh karena itu ulos adat tetap bertahan di dalam dunia baru di mana orang Batak hidup.

fungsi ulos bagi masyarakat batak toba
ulos batak pucca bunga

Dari penjelasan-penjelasan tersebut di atas maka ada dua hal utama yaitu;

1) Ulos sebagai kain yang digunakan sebagai pakaian sehari-hari atau maksud lain dan tidak mempunyai peran penting dalam upacara adat.

2) Ulos sebagai kain adat (ulos adat) untuk kegiatan resmi masyarakat Batak dan upacara adat Batak, sehingga juga memiliki makna tersendiri.

Ulos dalam bahasa Batak artinya sama dengan kain, pada awalnya berfungsi untuk melindungi tubuh dan yang dikerjakan oleh perempuan-perempuan Batak dengan menggunakan kapas. Kemudian dan di masa kini adanya ulos yang digunakan untuk upacara adat Batak yang memiliki makna tersendiri.

Dengan fungsinya sebagai pemberian untuk upacara adat sehubungan dengan kelahiran, perkawinan dan kematian. Di samping itu juga ulos untuk beberapa upacara adat yang lainnya seperti saat penobatan kepala adat, atau penganugerahan gelar adat.

Dewasa ini penggunaan ulos telah berkembang, yang merupakan pengembangan karya budaya, sehingga kemudian timbul gagasan untuk memadukan ulos dengan kreativitas untuk mengolah ulos sebagai hiasan rumah seperti taplak meja, gorden, sebagai selendang perempuan, atau selendang anak-anak untuk menari, sarung, ikat kepala dan sebagainya.

Dengan demikian kain tenun ini tidak hanya memiliki peran sosial dan budaya, tetapi juga nilai ekonomi bagi masyarakatnya.



sumber;

Sandra A. Niessen, Batak Cloth and Clothing. A Dynamic Indonesia Tradition (New York: Oxford University Press, 1993)

Sugiarto Dakung, Ulos (Jakarta: Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1981/1982)

Lorem ipsum is simply dummy text of the printing and typesetting industry.


EmoticonEmoticon